Jurnalisme Warga, Dari, Oleh dan Untuk Warga
Bilal Idea - Inilah sebuah fakta menarik dalam dunia Teknologi informasi dan telekomunikasi sekarang ini dimana secara empiris, pengguna Internet di Indonesia, termasuk Magelang, Jogja, Semarang dan yang lainnya terus bertambah dan bertambah. Perhatikan saja sebuah data yang saya lansir dari situsnya tekno.kompas.com yang mana hingga November 2012 lalu, jumlah pengguna Internet di Indonesia mencapai sekitar 55 juta orang. Jumlah ini meningkat tajam dibanding pada tahun 2000 yang hanya mencapai 2 juta orang.
Tingginya jumlah pengguna Internet di Indonesia, sekitar 22,4 persen dari jumlah penduduk Indonesia, diikuti pula oleh banyaknya jumlah pengguna jejaring sosial di negeri berpenduduk sekitar 245 juta ini. Tingginya jumlah pengguna jejaring sosial di Indonesia membuatnya masuk dalam daftar negara-negara dengan pengguna dua jejaring sosial paling popular yaitu “Facebook dan Twitter”, terbanyak di dunia. Berapa jumlahnya ? Jumlah pengguna Facebook di Indonesia saat ini sekitar 44 juta, nomor empat terbanyak setelah Amerika Serikat, Brazil, dan India. Adapun jumlah pengguna Twitter di Indonesia termasuk paling banyak di dunia, sekitar 20 juta hingga akhir tahun 2012 lalu.
Peningkatan jumlah pengguna Internet saya rasakan benar terjadi di Magelang, kota dimana saya dilahirkan. Hingga tahun 2013 ini, pengguna Internet di Magelang terus meningkat. Peningkatan ini diikuti pula dengan makin mudahnya warga masyarakat dalam mengakses Internet dan berbagai informasi. Terang saja warung Internet yang sempat marak pada awal 2000-an, kini digantikan oleh koneksi Internet pribadi melalui telepon seluler ataupun modem yang dengan mudah dapat di akses oleh penggunanya, dimana termasuk di dalamnya adalah saya.
Penggunaan Internet semula hanya di kawasan tertentu, misalnya kampus, sekolah-sekolah dan instansi swasta serta negeri, tapi kini jangkauannya makin meluas tanpa batas, bahkan Internet kini makin menyebar ke perumahan serta pinggiran kota dan pedesaan.
Semakin terjangkaunya Internet ini berdampak pada makin banyaknya media online baik media yang dikelola instansi swasta, negeri ataupun perorangan. Disamping itu perkembangan Internet juga memunculkan satu genre baru dalam jurnalisme yaitu jurnalisme warga, di mana warga sebagai konsumen tak hanya mengonsumsi informasi tapi juga memproduksinya.
Jurnalisme warga merupakan salah satu jawaban dari elitisme media arus utama yang selama ini cenderung lebih banyak menampilkan berita tentang isu-isu elite politik negeri ini, selain itu juga karena kompleksnya aturan untuk memproduksi berita ala media arus utama yang telah berkembang jauh-jauh hari dimana rekomendasi untuk dapat di publikasikan terlalu berbelit-belit dan terbilang sulit.
Jurnalisme warga juga merupakan jenis baru dalam jurnalisme. Dalam aliran jurnalisme ini, selain mengonsumsi informasi, warga juga dapat mencari, mengumpulkan, menganalisis, dan melaporkan informasi lewat berbagai bentuk media terutama jaringan, baik itu website, portal, ataupun blog seperti yang anda baca saat ini di situs saya www.bilalidea.blogspot.com, terimakasih sudah berkunjung dan membaca goresan-demi goresan yang ada di blog ini.
Jurnalisme warga adalah jurnalisme di mana warga memproduksi informasi sendiri secara amatir tanpa campur tangan media arus utama tentang isu seputar warga dan beragam informasi aktual, tajam dan terpercaya lainnya yang sedang berkembang ataupun yang telah berlalu sekehendak hati penggunanya.
Singkatnya hampir seperti demokrasi ala Indonesia, dimana Jurnalisme warga dari warga, oleh warga, tentang warga dan untuk warga. Jadi jika kita perhatikan perkembangannya saat ini banyak sudah media yang menganut mainstreamnya jurnalisme warga tak terkecuali media-media arus utama yang telah lama melanglang buana di kancah jurnalisme Indonesia seperti Detik.com dengan blogdetiknya, Viva News dengan Vlognya hingga kompas.com dengan kompasiananya. “Maaf sedikit promosi untuk platform mereka”.
“Jurnalisme warga secara praktis bisa saya definisikan ketika warga, yang biasanya hanya sebagai pembaca, pendengar atau penikmat media saja, kini dengan menggunakan alat-alat pendukung informsi yang mereka miliki seperti smart phone, tablet PC, Laptop ataupun sekedar menyempatkan diri sejenak ke warnet, mereka dapat mengabarkan kepada warga lainnya beragam informasi yang mereka miliki. Dan Inilah jurnalisme warga berdasarkan sudut pandang dan kaca mata saya, meskipun pada kenyataannya saya bukanlah seorang yang berkaca mata kecuali jika diperlukan saja.“
Lantas ketika ada yang bertanya “Jadi apa saja pemicu lahirnya jurnalisme warga ?”, Nah….telah jelas bahwa salah satu pemicu lahirnya jurnalisme warga adalah kemudahan teknologi informasi saat ini, dan hal ini terbukti bahwa secara kreatif warga masyarakat telah menggunakan teknologi informasi dan telekomunikasi yang kini makin mudah dijangkau warga untuk berbagi manfaat serta kebaikan, ataupun sekedar berbagi tips dan trik yang bermanfaat untuk sesama seperti yang telah saya lakukan saat ini yaitu dengan memanfaatkan platform gratis dari blogspot dan blogdetik, untuk mengunggah beragam artikel dari mulai informasi lomba, ilmu agama, pengetahuan umum hingga berita hangat yang masih layak untuk di kabarkan melalui blog dengan basis website. Dan hal ini kini telah menjadi bagian integral dari hubungan sosial baru saat ini.
Selain itu seperti yang telah saya utarakan diatas bahwasanya kini warga masyarakat telah jenuh dengan sajian berita tentang isu para elite politik negeri ini serta kompleksnya aturan untuk memproduksi berita ala media arus utama, dimana rekomendasi untuk dapat di publikasikan terlalu berbelit-belit dan terbilang sulit. Dan jurnalisme warga menjadi sebuah solusi nyata mewadahi apa yang di harapkan warga.
Tapi apa jurnalisme warga memiliki peran yang signifikan di mata warga, negara ataupun dunia ?
Berkenaan dengan hal yang satu ini jelas sekali bahwa peran jurnaslime warga sangat besar, contohnya saja bagaimana peran jurnalisme warga di berbagai negara seperti Irak, Syria (Suriah), Cina, Korea Selatan, India, Australia, dan sebagainya. Di negara-negara tersebut, para pewarta warga berperan untuk memberikan informasi alternatif di antara media arus utama.
Di Irak yang mengalami perang pada tahun 2003, disana seorang blogger (sebutan bagi pengguna blog) sebagai salah satu bagian dari pewarta warga bisa turut melaporkan langsung suasana perang di negaranya. Dan hal ini jelas sangat kecil kemungkinannya media arus utama untuk dapat meliput secara tepat kondisi yang ada di sana mengingat arus politik yang ada juga berpengaruh besar terhadap hasil akhir (output) berita yang mereka sajikan bagi para penikmatnya.
Di Syria atau lebih akab di telinga warga negara Indonesia dengan nama Suriah dimana hingga saat ini di tahun 2013 Rezim Bashar Assad dengan artileri dan bala tentaranya yang dzalim telah tega dengan keji membunuh warga muslim yang mereka anggap sunni tanpa belas kasihan sedikitpun. Perhatikan saja bagaimana pasukan Rezim Bashar Assad menculik anak-anak aktivis kemudian menembak kepalanya dan mayatnya dibuang di jalan-jalan. Bahkan ada anak-anak yang meninggal bukan hanya ditembak kepalanya, tetapi tubuhnya di sayat-sayat dengan pisau. Dan masih banyak lagi kekejaman lainnya yang mana informasi ini di dapatkan langsung dari sumbernya yang di bantu para aktivis dan penuntut ilmu dari berbagai negara untuk mempublikasikannya melalui bergam sosial media yang ada dikarenakan jurnalisme profesional dari luar wilayah Suriah tidak dapat masuk ke dalamnya untuk meliput kondisi pertempuran berbalut kekejaman yang ada. Dari sini jelas bahwa peran jurnalisme warga teramat besar dan berharga.
Kemudian di Cina sebagai salah satu negara yang paling tertutup terhadap kebebasan informasi, warga meskipun dengan mudah mengunggah foto-foto maupun video yang mereka punya melalui halaman lokal tentang bencana gempa bumi di Winchuan, Sichuan pada tahun 2008 lalu. Akibat tertutupnya informasi di Cina, dunia kurang bisa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi sebagai akibat gempa bumi saat itu. Namun melalui blog dan media sosial video maupun foto dengan perantara Youtube ataupun sosial media yang lainnya, warga Cina bisa mengabarkan kejadian tersebut ke dunia. Dan jurnalisme warga menjadi media pertama yang mengabarkan bencana di Cina, hal yang tidak dilakukan media arus utama di negeri tersebut.
Meskipun saya tidak memberikan contoh dari Indonesia, tetapi contoh dari tiga negara tersebut tersebut cukup mampu menggambarkan bagaimana warga sebagai konsumen media kini dapat belajar menjadi produsen informasi melalui teknologi yag semakin maju dan berkembang sehingga warga memiliki kendali yang lebih bagus terhadap arus informasi. Dari hal ini pula sekarang warga tidak lagi hanya sebagai konsumen media, tetapi telah mumpuni menjadi produsen informasi dalam berbagai bentuk, baik teks, foto, maupun video. Dan yang lebih penting lagi menurut saya kini akses informasi tak lagi semata mengandalkan jurnalis profesional serta media arus utama yang telah lama malang melintang di kancah informasi Indonesia ataupun dunia, tetapi justru warga yang memproduksi informasi secara amatir dengan media jurnalisme warga seperti apa yang saya lakukan memalui media yang anda baca ini.
Jadi jika saya telah mencoba menjadi salah satu bagian dari jurnalisme warga atau lebih familier di sapa Citizen Journalism, kesempatan bagi anda juga menjadi salah satu bagian dari ini semua.
Oleh : Ivan Purnawan
Posting Komentar