Hari Ibu Sepanjang Masa Seiring Kemajuan IT YangAda


Mungkin masih hangat dan santer terdengar sebuah momen berharga beberapa hari yang lalu tepatnya pada tanggal 22 Desember yang populer di sapa Hari Ibu, dimana banyak orang  menganggapnya special hingga berbagai acara khusus dari satu media kemedia yang lain, dari satu pintu ke pintu yang lain di adakan untuk mengungkapkan rasa terima kasih, rasa kasih sayang, rasa cinta dan juga permohonan maaf atas segala kesalahan yang pernah di lakukan seorang anak kepada ibunya.
Ibu memang merupakan sosok fenomenal di dunia ini yang perannya begitu penting dalam kehidupan. Ibu merupakan tiang rumah tangga yang eksistensinya di dalam keluarga benar-benar menentukan arah terselenggaranya sebuah keluarga sakinah, mawaddah, warohmah dengan berpartner kepada suami tercintanya. Dan ibu merupakan sekolah awal yang di tangannyalah perlajaran-pelajaran berharga pertama kali di dapatkan supaya anak mampu mengolah segala potensi, kreativitas dan keimananya agar siap di terjunkan ke masyarakat. Karena itu sudah tak asing lagi kita mendengar bahwasanya surga seorang anak berada di bawah telapak kaki Ibunya.

Jadi jika kita ingin masuk surga berarti kita harus meminta supaya ibu kita menginjakkan kakinya di kepala kita gitu ? 
Haha....tentunya magsud dari faedah yang terdapat didalam penggalan hadits tersebut bukannya seperti itu, akan tetapi bahwasanya "jikalau seorang anak mahidumpu berbakti kepada kedua orang tuanya terutama Ibu dengan segenap tenaga, pikiran dan pengorbanan dengan mengharap ridho Alloh Ta'ala tanpa menyekutkanNya dengan sesuatu apapun termasuk ibu kita sendiri, maka Alloh janjikan surga kepadanya."

Akan tetapi hal seperti ini rasanya bukanlah perkara yang sepele hingga setiap orang mampu melakukannya. Apalagi bagi orang tua sendiri terutama ibu untuk dapat mengarahkan anak-anaknya menjadi generasi rabbani yang berprestasi hingga dunia dan akhiratnya mampu bersanding tanpa tumpang tindih dalam pelaksanaannya.
 
Bukannya tanpa dasar apa yang saya utarakan, mengingat Rasululloh Sholallohu'alaihi wasallam pernah bersabda : "Tidaklah anak manusia dilahirkan melainkan pasti lahir di atas fitrahnya, maka kemudian orang tuanyalah yang membuatnya menjadi Yahudi atau Nasrani atau Majusi." (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Berdasarkan hadits ini kita mengetahui, bahwa anak lahir dalam keadaan fitrah (bertauhid dan berpotensi baik). Akan tetapi jika kemudian seorang anak menjadi menyimpang, ia menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi, dan ahli maksiat, maka orang tualah yang memiliki andil besar sebagai penyebabnya. Mengapa? Sebabnya adalah : 

Pertama,
Orang tua adalah madrasah awal, disini orang tua sebagai pihak yang sejak awal paling dekat dan berpengaruh langsung kepada anak.
Kedua,
Orang tua merupakan contoh serta teladan pertama anak semenjak usia dini, jadi jika mereka tidak memberikan perawatan, contoh dan pendidikan yang tepat sejak usia dini. Dan orang tua justru memberikan pendidikan yang menyimpang dari Tauhid dan sunnah Rasulullah Sallallahu 'Alahi Wasallam, maka benih-benih kesengsaraan, kerugian juga kebinasaan telah di taburkannya yang pada tinggal menunggu hasil dari apa yang telah di tanamkannya kepada anak-anak mereka.

Jika orang tua mencari rizki (nafkah) dengan cara yang batil (hasil menipu, mencuri, korupsi, riba, memeras, dan sejenisnya), maka nafkah tersebut tidak menjadi berkah (tidak mengandung kebaikan) meskipun jumlahnya melimpah ruah. Lantas, anak dan istri, juga diri ayah tersebut tumbuh dari perawatan fisik/jasad (nafkah) hasil usaha yang haram. Dan pengaruhnya, hati manusia menjadi keras untuk menerima kebenaran dari Allah Subhanahu Wata'ala dan Rasul-Nya. 

Hal itu akan diperparah lagi dengan cara, harta dari hasil yang haram tersebut dibelanjakan untuk makanan, minuman, dan hal-hal lain yang haram (untuk merokok, berjudi, minum-minuman keras atau khamar, narkoba, membeli daging babi dan mengkonsumsi marus/darah binatang dan sejenisnya). Maka tumbuhlah jasmani yang tidak sehat. Dan inilah bentuk perawatan yang menyimpang dimana kita tidak boleh melakukannya.

Adapun pendidikan yang menyimpang terlihat dengan jelas, manakala orang tua menyerahkan pendidikan anak mereka pada sekolah-sekolah yang tidak menghargai pendidikan Agama secara memadai. Hal itu diperburuk dengan pendidikan agama yang diajarkan itu pun menyimpang dari sumber rujukan Islam (al-Qur`an dan as-Sunnah).
Berbarengan dengan hal itu, anak dicekoki dengan berbagai acara di TV, radio, dan Teknologi Informasi serta komunikasi dengan berbagai sosial medianya yang marak di gunakan sekarang ini seperti Internet, facebook, youtube, dan lain-lain selama berjam-jam setiap harinya. Dan hal seperti ini jika tidak mampu do akomodir dengan baik, berbagi kelebihannya yang ada justru akan menjadi boomerang tajam yang setiap saat siap memenggal nilai-nilai intelegensi anak, emosional anak dan keimanan anak yang menyebabkan penggunanya menjadi seorang anak yang tak bertanggung jawab, bodoh dan tak beragama.

Karena itu disini sungguh besar pengaruh orang tua terhadap anak-anaknya. Bahkan ada sebuah pepatah mengatakan, "Burung jatuh tak jauh dari sangkarnya" maaf magsud saya "Buah jatuh tak jauh dari pohonnya" Rasulullah Sallallahu 'Alahi Wasallam pun telah bersabda :
"Agama seseorang tergantung kepada siapa yang menjadi orang yang paling dicintainya. Maka coba perhatikan siapa orang yang paling dicintai oleh salah seorang dari kalian." (HR. Ahmad).

Oleh sebab itu sadar atau pun tidak, orang tua dan masyarakatlah salah satu faktor yang paling menentukan seorang anak ingin menjadi seperti apa dan bagaimana. Karena itu disini perang orang tua terutama ibu sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang, prestasi, kreativitas dan keimanan anak-anaknya. Apalagi dengan makin maraknya Teknologi Informasi seperti sekarang ini yang mana segenap pelajaran berbahaya hingga tindak asusila dapat dengan mudah di dapatkan karena tersaji di dalamnya. 

Dan menurut saya "Kemajuan teknologi harus dibarengi juga dengan kemajuan pola pendidikan orang tua terhadap anak-anaknya." Karena sejengkal saja kita jauh darinya, akan banyak peluang bagi anak-anak kita terjungkal, terperosok dan hancur di dalamnya."

Dan satu lagi yang penting menurut saya, "bahwasanya Hari Ibu adalah sepanjang masa, dan jangan kultuskan tanggal 22 Desember saja karena itu tidak ada tuntunannya."


Oleh : Ivan Purnawan


2 komentar

·
31 Desember 2012 pukul 09.26
Reply

teknologi tanpa tuntunan agama....HANCUR LEBUR!

·
2 Januari 2013 pukul 17.11
Reply

leres mas nanang

Posting Komentar

Templated by Blogger Items
item