Estafet Perjuangan Super Hero Untuk Negeri



Kurang lebih baru seumur jagung saya lalui perjalanan dalam ekosistem yang baru, ekosistem yang senantiasa memadukan kesesuaian antara otak kiri dan otak kanan dengan kolaborasi iman.

Ekosistem yang saya anggap luar biasa, dimana pelakunya adalah komunitas para pendidik generasi penerus bangsa ini, komunitas para pengajar tunas-tunas muda bangsa yang dipersiapkan untuk ikut serta dalam membangun negara Indonesia tercinta menjadi Negara yang tak hanya besar, namun juga unggul dalam berbagai bidang, seperti Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), MIPA, Bahasa dan sastra juga lainnya.

Tak hanya itu, lahirnya insan negeri yang bermartabat, maju dan berkarakter serta berakhlak mulia juga senantiasa menjadi prioritas yang ingin dicapai para pendidik di negeri ini.

MEREKALAH SUPER HERO INDONESIA
Banyak orang-orang besar yang hadir serta malang melintang di dunia pendidikan dunia, namun ketika kita tanya kepada mereka, dari mana mereka medapatkan seabrek ilmu yang mereka punya ?

Maka secara tegas dan spontan, hampir semua akan menyatakan bahwasanya jalur pendidikanlah yang menghantarkannya mencapai kebesaran mereka dan semua tak luput dari peran guru selaku teladan dan motivator.

Yah…merekalah para Bapak dan Ibu Guru yang senantiasa memompa semangat kepada generasi muda dan segala usia BERKIBAR (Bersama Kita Belajar) untuk mencapai puncak prestasi.


Merekalah icon negeri sekaligus sumber inspirasi yang telah lama menjadi “SUPER HERO” atau Pahlawan Super karena perjuangannya yang teramat besar dan berat dalam mengemban amanah untuk mempersiapkan tunas-tunas baru yang unggul, mandiri serta mempunyai jiwa kepemimpinan (leadership) yang baik agar dapat meneruskan perjuangan para pendahulu Negara ini.

Sebagaimana bahwasanya menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen (Pasal 1 ayat 1).

Definisi guru Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Karena itu peranan guru sangat penting dalam dunia pendidikan, karena selain berperan mentransfer ilmu pengetahuan ke peserta didik, guru juga dituntut memberikan pendidikan karakter dan menjadi contoh karakter yang baik bagi anak didiknya. Tak hanya itu, seringkali mereka yang memiliki atau menyandang nama “Guru” didalam masyarakat selalu dibutuhkan dan mereka menjadi motor dalam berbagai macam kegiatan, baik dalam Acara RT, PKK, Kelurahan ataupun kegiatan-kegiatan keagamaan. (Bagaimana…..sudah sesuaikah dengan kondisi yang ada di lapangan, dimana banyak penggerak masyarakat dimotori oleh mereka yang menyandang predikat Guru ?).

Dari sinilah setelah bertahun-tahun nafas ini berhembus dan menatap indahnya dunia serta cakrawala di atas tanah air Indonesia tercinta nan elok rupawan serta subur, saya baru mengetahui bahwasanya begitu berat serta mulianya tugas seorang guru.

Dari sinilah benar-benar kita rasakan estafet perjuangan “SUPER HERO” negeri ini. Karena guru adalah pendidik generasi bangsa Indonesia, guru adalah pengajar tunas-tunas muda nan unggul, gurulah pembimbing mencapai cita-cita, guru jugalah yang mengarahkan kemana bakat serta prestasi siswa, tak hanya itu guru juga yang melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik agar kelak dapat menjadi orang-orang sukses yang dapat ikut andil membangun negeri serta mencapai puncak obsesi.

BERBAGAI KEMUDAHAN DALAM BELAJAR MENGAJAR

Tak seperti di masa lalu yang mana masih banyak kendala dalam keberlangsungan proses belajar mengajar, kini kegiatan belajar mengajar di masyarakat teramat mudah didapatkan.

Tak hanya di bangku Sekolah Dasar (SD), bahkan hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Perguruan Tinggi (Kuliah) sekalipun pemerintah telah menyelanggarakan serta mengupayakan berbagai program, baik itu melalui alokasi dana BOS (Bantuan Operational Sekolah), Beasiswa Miskin, Beasiswa Berprestasi, Bidik Misi, Hadirnya Rumah Belajar hingga Tayangnya TV Edukasi sebagai media referensi untuk belajar secara visual serta multimedia.

Ditambah lagi, program khusus bagi buta aksara juga diperuntukkan bagi seluruh warga masyarakat yang belum dapat membaca serta menulis.

Oleh karena itu, ketika semua telah dipermudah dengan fasilitas yang telah dipersiapkan oleh pemerintah, sudah selayaknya meningkatnya prestasi serta hadirnya tunas-tunas unggulpun haruslah berbanding lurus dengan fasilitas serta kemudahan yang ada.

BELAJAR PERLU KONSEP JUGA

Tanpa konsep serta metode belajar yang jelas dan apik, dapat dipastikan tujuan pembelajaran akan sulit untuk dicapai. Karena itu hadirnya kurikulum dirasa merupakan pil ampuh yang merupakan obat mujarab bagi para guru, sebab kurikulum merupakan salah satu metode serta acuan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif.




SEBERAPA TAHU DAN PAHAM KITA TENTANG KURIKULUM

Untukmu Wahai Guru, sering kita mendengar kurikulum, namun sudah tahu dan pahamkah kita apa itu kurikulum ?

Kurikulum adalah “Sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olah raga dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-murid di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan”.

Jadi jangan diartikan bahwasanya kurikulum itu adalah kewajiban yang harus dibuat guru melalui Promes, Silabus dan RPP untuk melengkapi program Akreditasi sekolah, Angka kredit poin atau Sertifikasi Guru, namun kurikulum adalah segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, baik dalam ruang kelas, halaman sekolah, atau di luar sekolah.

Dan kurikulum yang dipakai saat ini yang menjadi referensi serta konsep bahan ajar bagi dunia Pendidikan di Indonesia yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).

KTSP ? Saya rasa kurikulum yang ada saat inilah yang paling tepat dan cocok untuk dijadikan konsep belajar mengajar di Indonesia, karena saat ini sudah menjadi tanggung jawab sekolah untuk menyusun kurikulum masing-masing. Dan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dirasa mampu menaungi serta mengakomodir harapan sekolah, yang mana kurikulum disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi dan kekhasannya sekolah itu sendiri, sebab hanya sekolah sendirilah yang paling tahu bagaimana kondisi sekolah, peserta didik dan lingkungannya.

Oleh karena itu kerja ekstra keras adalah suatu keharusan (wajib) untuk memberdayakan sekolah dan daerah agar mereka mampu memahami kebutuhan, kondisi dan kekhasan masing-masing. Harapannya sih agar sekolah dapat mengembangkan kurikulum yang berkualitas tinggi untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, melalui pendidikan yang berdaya saing nasional syukur-syukur hingga internasional sesuai dengan potensi dan kebutuhan masing-masing sekolah.

BAGAIMANA KUALITAS GURU INDONESIA

Berbicara mengenai kualitas guru di Indonesia, sebelum mengunggapkan penilaian saya pribadi, saya akan Mengeluarkan barang bukti dari olah TKP ter-Update :

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dari data Kementerian Pendidikan Nasional, secara umum kualitas dan kompetensi guru di Indonesia masih belum sesuai harapan. Hingga saat ini baru sekitar 51 persen berpendidikan S1 sedangkan sisanya belum berpendidikan S1.

"Jadi baru ada 70,5 persen guru yang memenuhi syarat sertifikasi,"ujar Divisi Advokasi YAPPIKA, Hendrik Rosnidar, Minggu (30/9/2012).

Hal ini selaras dengan survei yang dilakukan oleh Putera Sampoerna Foundation, dimana sebanyak 54 persen guru di Indonesia masih berkualitas rendah.

JAKARTA, Minggu, 06 Agustus 2012– Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyatakan keprihatinannya atas hasil uji kompetensi guru (UKG). Hasil ini menunjukkan bahwa kualitas guru di Indonesia masih rendah.

Hasil UKG hanya mencapai nilai 44,5 atau masih di bawah rata-rata nasional. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh mengatakan, total guru yang mengikuti UKG mencapai 243.619 orang.Sedangkan skor yang didapat rata-rata 44,55. Kemudian nilai maksimal pun tidak ada yang mencapai 100, hanya 91,12.Nilai ini tidak jauh beda dengan rata-rata nilai uji kompetensi awal (UKA) beberapa waktu yakni 42. “Ini sangat memprihatinkan sekali,” tandas Nuh di Gedung Kemendikbud, Jakarta,kemarin. http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/517216/

TEMPO.CO, Jakarta – Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono kecewa dengan kualitas yang dimiliki oleh guru di Tanah Air. “Dari 285 ribu guru yang ikut kompetensi, ternyata 42,25 % masih dibawah rata-rata kita”, kata SBY seusai sidang cabinet terbatas dikantor Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Selasa, 31 Juli 2012.

Dari olah TKP diatas dan merujuk juga dari berbagai sumber yang sempat saya baca dan kunjungi, ternyata kualitas guru di Indonesia sangat memprihatinkan, dari reportase diatas saja dapat kita lihat bahwasanya Kementrian Pendidikan Nasional (KEMENDIKBUD ) menyampaikan bahwa secara umum kualitas dan kompetensi guru di Indonesia masih belum sesuai harapan, bahkan KEMENDIKBUD mengatakan rendah. Puncaknya yaitu ketika Presiden Republik Indonesia beliau Bapak Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan “kecewa dengan kualitas yang dimiliki oleh guru di Tanah Air.”

Bukannya tanpa alasan mereka memberikan pernyataan dan penilaian seperti itu, karena dari data dan kenyataannya memang demikian. Namun menurut saya kualitas guru atau pengajar di Indonesia sudahlah baik, hanya saja perlu kerja keras dan usaha ekstra untuk meningkatkan kompetensi diri agar sesuai dengan standart yang diharapkan pemerintah selaku fasilitator, pengamat, dan yang punya gawe.

Yang lebih penting lagi, kekurangan para pendidik (guru) yang menurut standart pemerintah masih di bawah rata-rata, harusnya bukan menjadi batu sandungan untuk meningkatkan prestasi guru dan sekolahnya. Namun justru menjadi pecut penggelora semangat untuk perbaikan diri mencapai puncak prestasi. Aamiin.

HADIRNYA TUNAS-TUNAS BERPRESTASI

Dengan kurikulum yang tepat dan mantab, di tambah lagi berbagai program penunjang dalam proses belajar mengajar termasuk didalamnya guru (pengajar) yang berstandart Nasional, harapan menghadirkan tunas-tunas muda berprestasi bukanlah hal yang sulit, karena tunas-tunas berprestasi akan tumbuh seiring dengan berkembangnya kualitas sistim pendidikan yang ada dan tenaga pengajar yang mumpuni.

Bahkan saya teringat tulisan penggelora semangat yang ditempel di ruang guru sekolah “Tidak ada siswa/murid yang tidak bisa, yang ada hanyalah guru/pengajar yang tidak bisa mengajar”.

Jadi bertemu dan menghadapi siswa yang tidak bisa itu hal biasa, namun menghasilkan output siswa yang berprestasi, cerdas serta mandiri barulah luar biasa.

Kalo dulu masih sering kita dengar di sudut-sudut gang, diperempatan dan kolong jembatan, juga pedesaan dan pedalaman syarat dengan kebodohan, kini (harapan saya) semua asumsi itu telah hilang dan berganti menjadi “Keberhasilan serta prestasi itu datang dari setiap gang, perempatan, kolong jembatan, dan pedesaan bahkan pedalaman.”




Namun semua itu ketika keberadaan unsur pendukung pendidikan terpenuhi dan saling melengkapi, jika keadaannya berbeda dalam arti berbagai aspek serta unsure pendukung pendidikan belum terpenuhi, maka hadirnya tunas-tunas berprestasi hanyalah sebuah impian saja, dan impian tanpa kerja keras serta usaha adalah sia-sia.

Jadi ketika tunas-tunas muda berprestasi muncul dari lembaga pendidikan (sekolah) yang belum terpenuhi unsur penunjang pendidikannya, maka hal itu adalah suatu anugerah yang luar biasa, dan orang Jawa sering menyebutnya (bejo/gebejan). Dan hal ini tidak dapat di jadikan dalil atau referensi untuk melahirkan anak-anak yang berprestasi.

BAGAIMANA INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN SAAT INI ?
 
Berbicara tentang infrastruktur pendidikan di Indonesia saat ini, teranglah sudah mengalami banyak kemajuan serta perubahan, meski ketika sebenarnya masih ada sebagian yang belum memenuhi standart nasional pendidikan.

Bagaimana tidak, dari data Balitbang Depdiknas (2003) menyebutkan untuk satuan SD terdapat 146.052 lembaga yang menampung 25.918.898 siswa serta memiliki 865.258 ruang kelas. Dari seluruh ruang kelas tersebut sebanyak 364.440 atau 42,12% berkondisi baik, 299.581 atau 34,62% mengalami kerusakan ringan dan sebanyak 201.237 atau 23,26% mengalami kerusakan berat.

Kalau kondisi MI diperhitungkan angka kerusakannya lebih tinggi karena kondisi MI lebih buruk daripada SD pada umumnya. Keadaan ini juga terjadi di SMP, MTs, SMA, MA, dan SMK meskipun dengan persentase yang tidak sama.

Namun ini adalah data pada tahun 2003, sedangkan kini dengan hadirnya program DAK (Dana Alokasi Khusus) telah banyak membantu dan memberikan angin segar dalam dunia pendidikan di Indonesia, terutama masalah infrastruktur yang ada.

Sehingga dari sekian banyaknya sekolah-sekolah serta perguruan tinggi yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar yang masih rendah, buku perpustakaan tidak lengkap, laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya. Kini permasalahan-permasalahan itu dapat terakomodir dengan baik dengan hadirnya DAK (Dana Alokasi Khusus) guna kelangsungan dan kelancaran program belajar mengajar.



Jadi untuk saat ini, dapat dipastikan bahwasanya kondisi infrastruktur pendidikan di Indonesia sudah mengalami banyak kemajuan dan mulai tertata serta terpenuhi, hal ini terbukti dengan meningkatnya jumlah sekolah yang sudah berstandart nasional dengan mengikuti program akreditasi sekolah, meskipun dalam penerapan dan pemenuhannya masih dibantu program DAK (Dana Alokasi Khusus) yang bersumber dari pemerintah.

KENDALA DUNIA PENDIDIKAN SAAT INI

Kendala pendidikan di Indonesia sebetulnya komplek, baik kendala masalah pengajar maupun sarana belajar mengajarnya, namun menurut pengamaan saya pribadi setelah beberapa waktu berkecimpung dan membaur dengan Komunitas Bapak dan Ibu Guru dalam forum KKG (Kelompok Kerja Guru) tingkat kecamatan juga setelah sekian waktu bersosialisasi dengan kondisi lingkungan sekolah sediri, rasanya bejibunnya program pemerintah yang ada dengan berbagai kelebihannya yang mana harus segera terselesaikan dalam waktu yang sudah di tentukan, dirasa merupakan kendala tersendiri.

Namun kendala ini rasanya dapat diatasi dengan gerilyanya sekolah bersama seluruh elemen sekolah itu sendiri baik dari kepala sekolah, guru juga karyawan serta komite sekolah dengan dibantu pihak-pihak terkait, dengan mengikuti program akreditasi sekolah yang di selenggarakan oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitasnya.

Hanya saja, mampukah sekolah dengan maksimal mempersiapkan diri melaksanakan program akreditasi ? Ya….semua sekolah pasti mampu, dan mulai saat inipun, semua pihak sekolah sedang berupaya dan mencapainya.

Demikianlah secuil estafet perjuangan guru sebagai “SUPER HERO” negeri ini dan maksimalnya peran pemerintah selaku yang punya gawe dalam menyelenggarakan program pendidikan yang berkualitas, guna tercapainya tujuan pendidikan di Indonesia.

Kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan terselenggaranya pendidikan di Indonesia untuk semua warga adalah hak dari setiap warganya.

Mari segera kita wujudkan Pendidikan untuk semua warga Negara di semua kalangan serta usia, karena kita yakin bahwasanya Indonesia Bisa !



Oleh : Ivan Purnawan
*Artikel ini di tulis untuk mengikuti Blog Review Competition Gerakan Indonesia Berkibar 2012
_______________________

Sumber :


Templated by Blogger Items
item